Selasa, 11 Desember 2012

Belenggu Duka Sang Bunga Desa



Sang bunga desa mematut dirinya di depan kaca. Waah....cantik nian dirinya meski tanpa polesan make up sedikitpun di wajahnya. Karunia Tuhan telah menyempurnakan parasnya sebagai seorang wanita. Seperti dalam kamus bahasa Jawa, semua yang tampak secara lahiriah terlihat disana. Mata bawang sebungkul, alis nanggal sepisan, bibir bak delima merekah, hidung nguncup melati. Wah poko.e parasnya ayu banget.

Tapi anehnya dia tidak bahagia. Seharusnya kesempurnaan itu menjadi rasa senang, namun sebaliknya. Apa gerangan yang menjadi penyebabnya....? selama ini wajah ayu sumringah selalu dia tampakkan kepada semua orang, tak satupun orang yang tahu apa kegalauan hatinya. 

Sebuah Diary di meja rupanya milik sang bunga desa tersebut lupa tuk menyimpannya. Vyra sahabat sang bunga desa diam-diam membukanya. 
Tepat di lembar ke 100 tertulis: "Hanya Allah dan Aku yang tahu kegalaun hatiku. Tapi aku yakin Alloh pasti menolongku".  
Tersentak kaget,  Vyra serasa gemetar. tangannya terus membuka lembaran berikutnya. lebih parah lagi tertulis kalimat, "Kenapa aku yang terpilih jadi Bunga Desa?".

Vyra tak meneruskannya. Dia tutup diary tersebut, namun hatinya penuh tanda tanya kenapa seseorang harus begitu menyesal dan takut menjadi bunga desa???. Lama vyra merenung dan akhirnya dia ingat akan cerita nenek moyangnya bahwasanya siapapun yang akan jadi bunga desa di kampung ini maka tidak akan berumur panjang karena danyang alias yang baurekso/penjaga kampung ini konon adalah seorang wanita cantik yang tidak mau disaingi kecantikannya.

Yang Vyra tahu Yulia sang bunga desa adalah wanita yang sangat ta'at beragama, santun dan selalu ramah pada semua orang. Dia juga aktif berorganisasi di kampungnya. Tidak sombong bahkan cenderung suka mengalah meski dirinya sebetulnya sangat terluka. Tapi kenapa masih ada rasa tidak percaya dan ragu pada diri dan Tuhan? Ah, bukannya su'uzdon, mungkin hanya sifat manusiawi yang selalu ada perasaan takut hingga dia tak mau cerita dan dipendam dalam hati saja agar tak timbulkan fitnah juga syirik nantinya.

Kini sudah 20 tahun sejak diary itu terbaca, Vyra yang sudah lama tak bersua dengan sang bunga desa tiba-tiba teringat lagi mitos yang tak semestinya disebarkan ke seantero desa. Rasanya Vyra ingin segera pulang kampung tuk menemui Yulia sang bunga desa, dia mau minta maaf dan menceritakan kelancangannya sekaligus membuktikan bahwa mitos itu tak ada.

Hari Sabtu segera Vyra pulang kampung tuk temui sahabat kecilnya. Minggu pagi yang dinanti telah tiba, dia segera bergegas pamit ke Ibunya tuk temui Yulia. Namun Ibunya balik bertanya, " Memang kamu sudah tau alamat Yulia yang baru?", Vyra terdiam dan sadar kalau dia sudah lama tak bersua jadi mungkin dia sudah pindah rumah. Yulia balik tanya."Lho Bu, memang Yulia pindah kemana?", Ibunya hanya terdiam dan memeluk Vyra sambil berkata, " Yulia sudah meninggal dunia dua minggu yang lalu.........".
"Innalillahi wa inna ilaihi roji.un.......", Vyra lemah tak berdaya.