"Manusia itu manusia
Kaya atau miskin hanyalah lahir
Kita menghargai orang dengan ukuran batin
Sak begja-begjane wong kang lali
isih begjo wong kang tansah eling lan ati-ati"
Jum'at malam kemarin kebetulan saya nonton sebuah acara di salah satu stasiun TV swasta, disana menampilkan Kang Sujiwo Tedjo, seorang seniman multi talenta yang kini menekuni dunia dalang mewarisi bakat ayahandanya.
Tapi wayang yang ditampilkan lain dari yang lain *konon beliau dianggap keluar dari pakem* karena ilustrasi dikemas lebih modern namun tak meninggalkan "jowo-nya". Unik karena gamelan tidak hanya yang tradisional tapi digabung dengan peralatan semacam guitar juga sexophone, gambarnya tidak hanya bayangan wayang tapi ada gambar lukisan pastel. Para sindennyapun lebih seperti duta seni saja, begitu piawai menembangkan lagu jawa maupun manca negara. Apapun bentuknya yang pasti pesan moral selalu terkandung di dalamnya.
Ehemmm...kenapa ya saya jadi ingin nulis ini, ya karena saya salut sama Kang Sujiwol Tedjo yang mampu mengemas kebudayaan kita dalam bentuk yang lebih elegan sehingga banyak diminati kaum muda dan tak terkesan monoton, bahkan dalam dialog diselingi bahasa inggris yang tentunya juga bertujuan untuk go internasional. Dengan pengenalan seni budaya semacam ini berharap kekayaan seni dan budaya negeri ini dikenal lebih luas lagi, tak dicaploki dan diakui negara lain.
Sebetulnya saya mulai senang lagi berbahasa jawa yang lebih njawani setelah saya berkunjung dan sering ngobrol untuk melatih bahasa di blog kejawen wetan, dan kebetulan sahabat saya di FB yang bukan orang Jawa saja ingin mempelajari filosofi Jawa. So...... sebagai orang Jawa bangga juga tanpa mengecilkan budaya daerah lain lho....!!, ini hanya suatu luapan emosi jiwa tentang pelestarian salah satu budaya negeri kita saja