Kamis, 14 Maret 2013

Sebait Puisi Imam Samudra Ditulisnya Lewat Buku

Imam Samudra memang telah wafat, namun sebelum menghadapi regu tembak, dia sempatkan menulis sebuah buku yang berjudul "Aku Melawan Teroris"
Cuplikan bait-bait akhir dari tulisannya adalah seperti berikut ini.


Sungguh aku tak mengerti mengapa hal seperti itu mesti terjadi dan kualami. Tidak ada faktor pendukung secara lahir, baik dari personal, aktivitas lingkungan, yang dapat memancing kenangan itu hadir kembali. Pada sorenya, segera kuingat pesan Umar bin Khattab, "Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab di akhirat kelak..."

Ya, kini aku harus menghitung diri, instrospeksi atas segala apa yang terjadi dan kualami. Aku sangat mengerti bahwa mengingat wanita yang bukan mahram adalah termasuk zina hati. Mengenang masa lalu dengan mantan Ketua OSIS adalah juga termasuk dosa-dosa kecil yang akan mengotori hati. Tetap dosakah jika semua nostalgia itu datang secara surprise, tak dipaksa? Adakalanya kenangan itu tiba-tiba hadir saat mataku tertumbuk huruf Z, atau melihat kacamata.

Kenapa? Ebiet G. Ade pasti tahu jawabannya…


Teori umum mengatakan bahwa kenangan atau lamunan, biasanya timbul saat kita tidak memiliki kesibukan atau ketika waktu senggang. Tetapi aku tidak, justru kenangan itu timbul di saat-saat aku sibuk, di saat tanganku menyandang kalashinkov, di tengah gelegar mortar, di tengah hujan peluru dan bau mesiu. Saat menghisab diri yang entah untuk kesekian kali, hampir selalu tak ketemu jawaban. Mengadu pada teman sebaya, atau konsultasi pada senior? No!

aku bukan tipe seperti itu. "Solve Yourself Problem !" Itu mottoku. Hanya Allah, hanya Allah, dan hanya Allah yang Maha Tahu. Dialah tempat mengadu.



Akhirnya... Di musim salju tahun kedua, kujumpa jawabannya. Gerangan apa? "SEBAB AKU ADALAH MANUSIA"

Sebab Aku Adalah Manusia


Rabbi...

Telah aku berdoa pada-Mu

Dalam hampir tiap-tiap waktuku.

Aku berkata pada-Mu

Cabutlah segala rinduku, kecuali kerinduan pada-Mu


Dalam simpuh dan sujudku

Selalu aku mengadu

Jangan gugurkan pahalaku

Hanya karena secuil rindu yang mengganggu


Robbie...

Jika Kau takdirkan peluru menembus ulu hatiku

Dan lalu aku menjumpai-Mu

Terimalah ke-syahidanku

Telah aku bertaubat, atas segala kenangan yang kuingat.


Ini ada peluru, ini ada mesiu

Aku rindu Ayah Bunda, aku rindu Si Dia,

Tetapi aku lebih rindu pada-Mu


Saat musim salju tiba

Maka rindu pun menjelma

La hawla wala quwwata illa billah...