Setiap individu yang memilih jalur penerbangan sebagai pilihan transportasi tentunya karena ingin cepat sampai tujuan, selamat dan mendapatkan pelayanan prima mengingat harga ticketnya yang tak murah.
Hukum ekonomi sangat ketat dalam penentuan ticket pesawat, supply and demand. Semakin banyak permintaan maka semakin tak terkendali harganya dan itupun hanya berlangsung beberapa detik saja. Mencari ticket menjelang liburan lebih menegangkan daripada bermain saham. Semua bisa berubah cepat karena pembelian saat ini memakai sistem on line. Untuk seseorang yang memang berkepentingan, maka harga berapapun pasti diambil asal keselamatan penumpang diperhatikan. Namun dalam kenyataan banyak sekali maskapai yang hanya mengejar flat atau jumlah penerbangan.
Mafia Bandara dan Penerbangan bukan hanya milik teroris saja, namun lebih kepada sistem managemen maskapai itu sendiri. Mereka yang mau ambil untung banyak tanpa peduli kondisi pesawat yang akan ditumpangi. Dan yang lebih miris lagi adanya perlakuan eksklusif untuk penumpang tertentu.
Bila relasi atau pejabat pasti dipilihkan pesawat yang bagus dan sheet yang nyaman. Bagasi penumpang juga diberi identitas khusus agar tak hilang. Namun bila penumpang tanpa embel embel pejabat maka keamanan diri dan bagasi ya seperlunya saja.
Resiko koper hilang, barang hilang dalam koper yang terkunci sekalipun bukan hal baru. Saya juga heran, padahal koper tersebut sudah diberi label security check tapi kok bisa kecolongan. Bukannya masuk bandara begitu ketat hingga metal yang tertempel di badan pun bisa terdeteksi? Ironisnya, saat ada yang komplain mereka seolah tak bersalah dan menganggap resiko biasa.
Sepertinya Mafia dalam bisnis lebih mengerikan dari serangan teroris, karena kecelakaan yang ditimbulkan akibat kecerobohan dan keserakahan bisa berulang-ulang.