Hawa dingin Lereng Gunung Raung, Banyuwangi begitu menusuk ke pori-pori, suasana sepi namun asri berubah menjadi hangat bahkan memanas karena kedatangan Mliwis Putih yang terbang dari Cluring, Banyuwangi.
Sekelompok Mliwis Putih yang diprakarsai seorang Guru Sekolah Dasar benar-benar totalitas mengusung kebudayaan Banyuwangi untuk menampilkan sebuah kesenian tradisional modern yakni Jaranan Buto, Barongsai dan Macan Putih. seharian penuh mereka bergantian menghibur warga di Lereng Gunung Raung dalam rangka acara sunatan Mirza Raihansyah, keponakanku. entahlah meski tinggal di Bali, namun mencintai kesenian Banyuwangi, mungkin karena darah Banyuwangi mengalir dari Ibunya, makanya bersikeras minta sunatan di tanah Menak Jinggo, Banyuwangi.
Selama ini aku sering lihat jaranan, namun yang aku lihat kali ini betul-betul beda karena mirip lakon wayang orang tapi tidak norak karena model tariannya khas Menak Jinggo dan atribut butonya. Jadi baguslah, salut buat para seniman Banyuwangi. Konon, kelompok jaranan buto ini ada klasifikasikasinya, yakni Level 1, Level 2, Level 3, Lengkap dan Super. khusus yang Super, para butonya pasti yang super besar... jika berdandan sangat mengerikan!! Biasanya penonton yang penakut atau anak kecil minta bedak pemain jaranan biar gak sawanen atau ketakutan, meski ini hanya sugesti orang Jawa saja tapi lebih baik diikuti daripada nanti sawanen beneran.
Sekitar jam 5 sore pertunjukan usai. Kelompok Mliwis Putih kembali terbang pulang kandang. Mentari mulai tenggelam dan hawa dingin lereng Gunung Raung mulai menyerang kembali. Wah...Kopi dan teh panas harus cepat-cepat di sruput ini...karena hanya dalam waktu beberapa menit saja sudah berubah dingin kembali !!