Rabu, 29 Februari 2012

Alasan KH. Abdullah Faqih Menolak Julukan Kyai Khos

"Semakin berisi maka semakin merunduk si padi....merendah serendah hatinya...."

Rasanya ungkapan itu tepat buat almarhum KH. Abdullah Faqih, atau Kyai Faqih pengasuh ponpes Langitan, Widang, Tuban yang lahir di Tuban, 2 Mei 1932.
Bagaimana tidak? Lha wong untuk mendapat julukan bahkan pengakuan sebagai salah seorang Kyai Khos yang kharismatik sangat tidak mudah kriterianya, dan beliau termasuk yang terpilih namun justru menolak label tersebut. Apa alasannya???

- Bagi beliau, amar ma,ruf nahi munkar adalah wajib, mendidik, menebar kebaikan tidak hanya untuk diri sendiri tapi buat kemaslahatan umat juga hal yang utama. Jadi tak perlu ada label khusus.

- Beliau tak mau hal tersebut membuat orang akhirnya terjebak dalam "kultus pribadi".

- Belajar dan terus belajar, menambah wawasan adalah wajib hingga liang lahat. Meski beliau sempat belajar ke Makkah masih terus belajar. Walo beliau selalu dimintai pendapat mulai tingkat lokal hingga nasional namun ucapan beliau yang penuh hikmah hingga dibuat banyak rujukan baginya hanya sharing saja buat kemaslahatan umat.

- Baginya Ilmu agama yang mumpuni dan perilaku yang hati-hati bukan untuk kesombongan dan memperkaya diri. Itu kenapa beliau hati-hati dalam menerima bantuan dari pihak luar untuk pesantrennya. Beliau tak mau terima bantuan yang penuh pamrih karena akan mengotori misi untuk meng-up grade setiap hati. Itu juga alasannya tak mau menerima label Kyai Khos untuknya dan jangan harap beliau mau diekspos macam selebrita meski karyanya luar biasa.

- Zuhud itulah intinya. Meski punya rumah berlantai 2 namun beliau lebih suka tinggal di rumah sederhana ukuran 7 x 3 meter, berdinding kayu dan bercat janur kuning, sederet dengan gedung para santri dan pengurus pesantren. Di situlah beliau membuka rumahnya buat siapa saja, mulai rakyat jelata hingga pemimpin negara bahkan dari kyai besar Makkah.

- Bersahaja dalam bersikap namun disegani, pemimpin yang memberi tauladan mulai sholat lima waktu, masalah kebersihan hingga menerapkan kawasan bebas rokok di pesantrennya tak membuat beliau bertepuk dada..Semua baginya adalah wajib bukan mengejar suatu status atau Label Kyai Khos.

Ya Alloh....betapa sangat sedikit hambaMu yang seperti beliau tulusnya. Saya salut dan sangat kehilangan putra terbaik bangsa ini....